Saturday, January 2, 2016

Yang Kung

Awal Desember 2014 lalu, saya membuat suatu cerita rekaan punya saya tentang Yang Kung di blog lama saya. Bisa dibaca disini.

Tadi pagi, saya bermimpi tentang seorang lelaki yang menyatakan perasaannya kepada saya. Sampai tak bisanya saya membedakan mana yang mimpi mana yang nyata, saya bertanya kepada diri saya sendiri, 'Ini saya tidak mimpi, kan?'

Untuk membuktikan bahwa saya tidak sedang bermimpi, maka saya tidur. Namun sayangnya, saya terbangun di dimensi lain bernama kenyataan. Sambil enggan terjaga, telinga sayup-sayup mendengar ibu berkata, "Innalillahi wa innailaihi rojiun...".

Tak lama, ibu terisak. Yang Kung meninggal. Yang Kung, bapak dari ibu saya meninggal.

Entah akal sehat sebelah mana yang membuat saya memilih untuk tidur kembali, melanjutkan mimpi yang terputus tadi. Tapi nihil. Lima menit berselang, saya tak menemukan mimpi yang harusnya saya tuju. Saya kembali terjaga.

Ibu bergegas bersiap diri untuk ke Mojosari. ngelayat bapaknya. Tak ada rasa kehilangan yang begitu menyayat untuk saya. Barangkali karena saya tak memiliki ingatan yang kuat terhadap Yang Kung. Sebab saya hanya bertemu beliau hanya dua kali.

Kedekatan saya kepada Yang Kung hanya karena saya tak pernah bertemu dengannya semenjak kecil. Lantas saya amat sering membuat ingatan sendiri tentang beliau. Dan sentuhan kami hanya terjadi sebatas ciuman tangan.

Berbeda dengan Yang Kung dari pihak bapak. Meski cuma setahun sekali bertemu, tapi ingatan saya tentang beliau amat banyak. Pijatannya, kelapa muda yang dipetikkan untuk saya, high-five-nya, dan macam-macam.

Pada akhir November 2011 yang lalu, Yang Kung dari pihak bapak meninggal. Saya masih ingat, saya yang masih berpakaian putih-hitam sepulang LKMM Pra TD tidak mau pulang dari cangkruk bersama teman-teman teater seusai menghadiri undangan dari UKTK Universitas Airlangga.

Tidak hendak membedakan. Hanya ingin mengungkapkan bahwa entah mengapa saya tidak merasa kehilangan sama sekali. Tapi satu hal yang melekat di ingatan saya, bahwa Yang Kung dari pihak ibu memiliki cucu dan anak lelaki yang memiliki pundak yang nraju mas.

Dan beberapa menit yang lalu, teman main saya ketika kuliah, akan mengadakan akad nikah di bulan Januari ini dengan seorang lelaki. Lelaki yang pada 2 tahun yang lalu pernah saya taksir secara becandaan. Terharu dan bahagia.

Ya sudah.

No comments:

Post a Comment