Monday, September 10, 2018

Pria Hari Depan

Menatap hari depan tak pernah semenyenangkan ini. Sejak hari itu, tiap malam aku hanya ingin lekas tidur, agar hari depan lekas datang. Aku tak sabar mencarinya ke setiap sudut kota hanya untuk dapat bertemu dan menyampaikan banyak hal kepadanya.

*

Kami bertemu di sebuah kamar seminggu yang lalu. Sayangnya hanya dalam mimpi. Ia menawarkan bantuan dan aku dengan sukarela menerima bantuannya. Malam itu kami berbicara seadanya. Senyum dan tawanya berhasil membuatku ingin mengingat segala hal baik yang dimilikinya.

Malam itu ia memakai pakaian pesta tanpa jas. Postur tubuhnya tinggi dan tegap. Otot-otot kecil pada tangannya terlihat pejal. Potongan rambutnya cepak dan rapi. Garis-garis tulang yang ada pada wajah dan tubuhnya nampak menonjol. Pundaknya bidang. Tapi yang paling kuingat malam itu hanya satu : caranya tersenyum. Aku selalu ingin bertemu dengan pria yang memiliki senyum seperti itu.

Keesokan harinya ―tentu saja masih dalam mimpi― kami bertemu lagi. Ia mengenakan kaos warna biru, jaket abu-abu, celana panjang berwarna khaki, dan tas ransel denim. Aku menyapanya, “Kita pernah bertemu, kan?” Ia mengerutkan kening, menatapku seolah-olah tak mengerti apa maksud dari ucapanku. Aku ulangi pertanyaanku dengan tambahan banyak detil yang aku ingat dari kejadian semalam. Ia tetap mengertukan kening. Kali ini dengan menggeleng dan meninggalkanku pergi.

Tak lama setelah itu, aku menemukannya kembali di tengah keramaian secara tidak sengaja. Ia duduk makan es dawet sambil memperhatikanku. Aku tahu ia mengenalku. Aku tahu ia menyimpan banyak tanya dalam tatap matanya. Tapi aku tak bisa berjalan ke arahnya karena pagi terlanjur datang, dan tugasku adalah menyelamatkan ingatan tentang segala kejadian yang kami lakukan di dalam mimpi.

Kalau aku boleh meminta hal yang tak masuk akal, aku tak akan meminta untuk bertemu dengannya. Setidaknya ini adalah permintaanku sebelum aku benar-benar menemukannya di dunia nyata: aku ingin menghilangkan setengah ingatanku agar aku memiliki ruang yang lebih untuk menyimpan hal-hal yang ada pada dirinya.

Sampai hari ini, aku kini memiliki motivasi baru untuk segera tidur malam: aku tergesa untuk lekas bertemu dengan hari depan. Sebab jika aku bertemu dengan hari depan, aku akan kembali memiliki kesempatan untuk mencari dan bertemu dengannya. Aku tak pernah bermimpi tentang orang asing sejelas ini.

*rah