Friday, April 29, 2022

Kapan Aku Nikah?


Awal bulan Februari lalu, seorang tetangga akan melangsungkan lamaran. Sebelum hari itu tiba, salah satu sepupuku datang ke rumah. Asumsi di dalam kepalaku menggempur dengan prasangka bahwa ia akan memberikan kabar lamarannya. Lebih jauh lagi dari hari itu, aku selalu dideru desakan tentang pernikahan oleh orang tua, keluarga besar, dan orang-orang sekitar.

Sebagai perempuan yang tidak pernah membawa laki-laki ke rumah, 29 tahun menjomblo, selalu menghindari pembahasan tentang pernikahan, dan juga merasakan deruan kesepian di dalam dada, sepertinya aku harus melakukan sesuatu.

Aku memang belum pernah menjadi orang tua. Tapi yang terlintas di dalam kepalaku adalah orang tua pasti mendapat tekanan dari berbagai penjuru. Karena subyek dalam kalimat-kalimat tekanan tersebut adalah namaku, maka tentu saja tekanan tersebut selalu diteruskan kepadaku. Belum lagi aku banyak mendengar cerita-cerita tentang orang tua yang jatuh sakit karena terus memikirkan anaknya belum bisa memenuhi tekanan tersebut. Aneh rasanya jika melihat orang tuaku yang tidak pernah menggubris soal kepunyaan harta-benda orang lain tapi malah kepikiran tentang tekanan pernikahan. Sekali lagi lagi: aku harus melakukan sesuatu.

Aku harus mengomunikasikan semua yang ada di kepalaku tentang pernikahan kepada orang tua.

Tanpa berpikir panjang, sehari sebelum tetangga melangsungkan lamaran, tepat ketika saudara sepupu datang ke rumah, aku melipir ke sebuah cafe untuk merencanakan sesuatu.

Ada terlalu banyak hal yang ingin aku sampaikan kepada orang tua tentang isu ini. Juga hal yang terlalu abstrak yang ada di dalam kepala yang harus aku luruskan. Belum lagi ketika aku bicara secara langsung, kemungkinan ngglambyar akan lebih besar. Sebagai sarjana Matematika dan memiliki profesi sebagai penulis, aku perlu menyelesaikan masalah ini secara sistematis dan terstruktur seperti kerangka cerita. Maka dari itu, yang ada di kepalaku adalah menyampaikannya dengan media presentasi, meniru kerangka TA/skripsi.

Di dalam presentasi ini aku memakai berbagai pendekatan; salah satunya agama. Aku juga sertakan logika-logika berpikir dan teori-teori yang akan mendukung argumenku. Beberapa hal mungkin akan terasa sangat personal bagiku, tapi tentu saja hal ini masih bisa diubah.

Sebelum aku mempresentasikan ini ke orang tuaku, aku menceritakannya ke teman-teman terdekat. Tak sedikit dari mereka yang membutuhkan cara ini. Aku juga yakin, desakan segera menikah ini tidak hanya terjadi kepadaku, tapi juga terjadi ke teman-temanku yang ‘sepantaran’ atau sedang berada di fase yang sama. Jadi, daripada harus aku pendam sendiri cara ini, ada baiknya aku sebar luaskan. Tidak semua bahan di dalam presentasi ini bisa digunakan. Setidaknya, semoga ini bisa membantumu untuk menjadi panduan merunutkan kerumitan berpikir.

Aku mengunggahnya ke Karya Karsa, sebuah Platform Apresiasi Kreator tempat fans dapat langsung mendukung kreator favorit mereka dengan kesinambungan finansial. Aku harap, dengan dipublikasikannya karya ini ke Karya Karsa, aku bisa mendapat dukungan dari teman-teman semua. Nanti, jika tak ada aral melintang, barangkali aku akan menulis buku yang aku kembangkan dari presentasi ini. Kamu bisa mengunduhnya seharga kopi. Tautan ada pada gambar dibawah ini:


Enjoy & good luck!