Friday, October 6, 2017

Dandelion, Moonlight, and Pudding

Pewangi pakaian dan lotion favoritmu itu sudah berhenti diproduksi. Kini aku tak tahu lagi ke mana harus menemui aroma tentangmu. Padahal aku telah mengunci ingatan tentangmu pada aroma-aroma dan bebunyian yang tak akan lekang. Lantas mengapa aku harus bersedih mengenai pewangi pakaian dan lotion yang berhenti diproduksi? Barangkali memang telah tiba waktunya untuk kita tak lagi terkoneksi.

Aku memiliki keinginan untuk membunuhmu sejak empat tahun yang lalu. Ada bukti otentik berupa tulisan di buku harian yang menyelematkanku tahun itu. Tapi sayangnya, tiap kali aku berusaha untuk membunuhmu, aku seperti hendak membunuh diriku sendiri perlahan-lahan. Aku salah memberikanmu terlalu banyak kuasa terhadapku. Sehingga makin hari kulihat kau makin kuat, dan aku tak sadar dengan diriku sendiri yang makin terkikis. Lantas aku tak mampu membunuhmu.

Perang berkecamuk di dalam diriku. Ternyata aku tak mampu membunuhmu sendirian. Perlahan-lahan aku menemukan diriku sendiri. Aku kini nyaris seperti dirimu. Dengan berbagai watak yang kubuat. Pesan-pesanku kepadamu yang kusampaikan empat tahun yang lalu seolah-olah sampai kepada diriku sendiri hari ini. 

Bagaimana jika nantinya aku sendiri mati, lalu aku berubah menjadi dirimu?

Aku seperti membuat mesin waktu untuk diriku sendiri. Dan ketika aku hendak menghancurkan mesin waktu itu, aku kewalahan karena tak kutemukan kelemahan dari mesin waktu tersebut. Sebab aku telah membuat mesin waktu yang paling sempurna untuk diriku sendiri.

Tak ada yang seperti dirimu. Lantas mengapa aku harus mencari yang seperti dirimu? Bukankah itu kesia-siaan semata? Aku tak pernah berusaha mencari yang seperti dirimu. Aku mencari manusia, bukan kesempurnaan.

Tahun lalu aku tak sadar menjebakmu di usia 27. Maka tahun ini umurmu tetap 27. Tak ada doa-doa dan niatan untuk membunuhmu seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena aku tahu hal-hal tentangmu adalah sia-sia.

Selamat ulang tahun, Galang Adyatarna.