Saturday, March 17, 2018

Proposal

Permintaan-permintaan saya sebelumnya adalah tentang mereka yang pernah mengisi hati saya; kalau memang mereka bukan untuk saya, pertemukan mereka dengan perempuan yang dapat mencintai mereka dengan tulus dan dapat membahagiakan mereka. Saya tak pernah meminta segala yang menjadi milik mereka; termasuk hati mereka. Dari lima doa yang saya panjatkan, terima kasih telah mengabulkan kelima-limanya. 

Namun kali ini saya memiliki permintaan lain. Tuhan, kali ini izinkan saya menjadi egois.

Ini tentang seseorang yang belakangan suka hadir di otak saya. Ia selalu hadir, meski tak setiap hari. Saya tak tahu apakah ini cinta atau apa. Tapi kali ini saya sungguh-sungguh. Saya tak pernah seegois ini sebelumnya. Ia membuat saya menyerah dari petualangan-petualangan dan ingin segera pulang.

Saya cukup pengecut. Lagi-lagi saya bersembunyi di balik tulisan dan metafor untuk menyatakan perasaan saya kepadanya. Apalagi ia tak mungkin membaca tulisan saya yang katanya adalah omong kosong. Tak apa. Itu artinya saya dapat leluasa menyebutkannya dalam tulisan-tulisan saya. Bahkan saya rela memindahkan segala inspirasi yang sebelumnya bersumber dari Galang, kini berpindah kepadanya.

Tak sedikit dari teman saya bersikeras meminta saya untuk memperjuangkan dia. Saya mau. Sungguh, saya mau. Kalau saya tahu caranya, saya akan lakukan. Kalau saya punya cukup keberanian, saya tak perlu menulis proposal ini. Kalau proposal ini sampai di hadapannya dan ia sadar bahwa selama ini saya hanya mempu meraihnya lewat doa, syukurlah.

Saya tahu percakapan kami tak pernah lebih dari sepuluh baris dan tak pernah ada ucapan selamat nyenyak yang berkunjung di antaranya. Saya tahu percakapan kami tak pernah menarik. Saya tidak tahu hal-hal yang diketahuinya, dan ia barangkali tak tahu hal-hal yang menarik bagi saya. Kami begitu berseberangan. 

Saya tahu ia tak dapat mempercepat pagi dan membuat senja lebih lama. Itulah mengapa saya mau menghabiskan hari dengan waktu yang bergulir biasa saja bersama dia sampai kami lupa waktu dan tak lagi dapat mengeja waktu dengan benar.

Saya mau kehilangan diri saya sendiri untuk menjadi apa yang ia minta. Saya mau menerima segala kekurangan dan apa yang tak ia punya.

Permintaan yang begitu egois itu adalah : Saya mau dia.

Sekian proposal dari saya. Semoga kiranya Engkau menghendaki apa yang saya minta. Sebab hanya Engkau sebaik-baik perencana. 

Thursday, March 15, 2018

Kelak

KALA
Apa yang harus aku ubah, duhai Nisita?


NISITA
Jangan pernah mengubah waktu, sebab engkau tak akan mampu. 
Jangan pernah mengubah dirimu, aku takut tak dapat lagi mencintaimu.


KALA 
Akankah lebih banyak lagi yang engkau takutkan selain itu?


NISITA  
Tak ada. Namun kalau saja aku dapat menjelajah waktu...


KALA
Jangan. Jangan pernah mencoba menjelajah waktu. Untuk apa? Percuma.


NISITA
Aku ingin mencintaimu lebih banyak. Sebab namamu terlanjur sering aku sematkan dalam banyak mantra yang aku bisa, Kalandharu.


KALA
Coba saja aku dapat membaca pikiranmu untuk ikut merapal mantra yang sama


NISITA
Apakah kau pernah ragu?


KALA
Selalu


NISITA
Aku tak pernah