Friday, October 2, 2020

Untuk si Terang

Akhir November 2009, seorang aku yang berusia 16,5 tahun dengan polosnya membuat sosok imajinasi di kepalanya. Ketika itu ia (aku sebelas tahun yang lalu) berharap pada sosok ini untuk menghapus sepi dan memberi warna. Sejak hari itu, ia percaya bahwa bulan November telah berganti nama menjadi Lovember.

Tahun berganti, sosok ini memiliki nama berikut segala latar belakang. Betapa naifnya ia, ia tak tahu jika ia sedang membohongi dirinya sendiri. Tapi ia telah memiliki teman untuk berbagi mimpi. Ia telah menciptakan sosok yang percaya akan mimpi-mimpinya.

Tahun 2010, sosok ini telah meyakinkan ia, bahwa mimpi besar yang selalu diceritakannya tak akan bisa direnggut oleh orang lain meski orang-orang itu telah mendapat hal-hal kecil yang selama ini ia inginkan. Tahun 2011, ia ingat betul semangat belajarnya bertambah untuk masuk ke universitas impiannya setalah mendapat pesan singkat dari sosok tersebut.

Tahun-tahun bergulir, ia tak pernah kehabisan stok semangat dari sosok yang tak pernah lelah untuk selalu ada meski tak nyata. Membaca buku-buku, diskusi demi diskusi, dan latihan ninja selalu dilakukan ia tiap kali mendapat perintah dari sosok tersebut. Ia selalu merasa bahwa hanya sosok tersebut yang mampu memahami mimpi miliknya.
"Bisa, kah? Bisa, kan? Bisa lah! Aku gak kenal dengan Nita yang gak bisa apa-apa."
Tiap kali ada langkah baru yang berkenaan dengan mimpinya, ia selalu menceritakannya dengan bangga kepada sosok tersebut. Ia tahu langkahnya masih berat dan jauh untuk dapat benar-benar sampai ke mimpi besarnya. Tapi ia selalu merasa perlu menceritakan langkahnya kepada sosok itu. Meski ia kadang lupa bahwa sosok itu tak pernah benar-benar membantunya secara langsung.

Sekecil apapun langkah yang ia hadapi dan ambil, ia selalu merasa lebih dekat lagi dengan mimpi-mimpinya. Ia selalu merasa bahwa ia mendapat langkah tersebut berkat dukungan dari sosok yang diciptakannya. Sungguh, ada rasa ingin dalam hatinya untuk berterima kasih kepada sosok itu. Tapi, bagaimana caranya?

Ia juga ingin selalu berbagi dan melaporkan persoalan mimpi-mimpinya sebab hanya sosok tersebut yang tahu. Namun, ia juga sadar kalau sosok itu tak nyata. Ada rasa janggal yang selalu ada dalam dadanya.
-    Kok aku nulis sih, mas?
                    +    Lah, kan kamu yang minta dan ingin.
-    Kok dikasih? Kenapa pintaku yang lain tidak?
Empat hari lagi sosok tersebut akan berulang tahun. Rasanya akan jadi waktu yang tepat untuk memberi kejutan dan menjelma menjadi panitia kebahagiaan. Tapi ia tahu hal itu tak bisa ia lakukan. Jika ia berdoa agar sosok tersebut segera diganti menjadi yang nyata, akan terdengar sangat egois. Tapi toh, seegois apapun ia, ia tak akan melukai siapa-siapa. 
"Kowe sing ngelakoni, aku mung biso ndungo lan ngamini. Ra biso ngancani."