Saturday, February 24, 2024

Mari Kita Pergi Saja

Kita sama-sama sedang menanggung duka dan kesukaran hidup yang telah lama membebani bahu. Aku memang tiada banyak tahu seberapa berat duka yang engkau tanggung. Tapi, dari raut sayu matamu, telah dapat kubaca bahwa kau telah menahan keluh yang begitu lama.

Kalaulah bisa bebanmu kau bagi denganku, aku mau membawanya. Tiada mengapa jika aku harus membawa beban berlipat ganda. Asal kau dapat bernapas lega. Tapi sayang beban nasib selalu menempel pada tubuh masing-masing kita. Bebanmu tetap menempel padamu, dan beban hidupku pun.

Kau sering berujar bahwa kau ingin pergi saja. Jika kau pergi, aku mau ikut serta. Aku juga ingin pergi. Atau kau saja yang ikut pergi bersamaku.

Jika kau pergi bersamaku, aku akan mengajakmu ke tempat yang orang lain tiada akan pernah tahu. Tiada orang lain yang akan mau mengekor. Kita buat sendiri dunia yang tiada miliki kesukaran itu. Barangkali jika kita bisa meniadakan hukum grafitasi, mari kita tiadakan saja. Agar beban yang selalu kau bawa itu terasa lebih ringan.

Di sana, hanya akan aku dan engkau. Kita akan buat dunia yang tidak bisa melukai kita dan apa-apa yang kita inginkan bisa di depan mata. Aku tak bisa janji kau bisa menghapus duka itu. Tapi kita bisa sama-sama saling bergurau melupakan waktu sampai mata kita berair. Kurasa itu sama saja dengan air mata.

Namun, kalau kalau kau tak bisa tertawa juga, barangkali kita memang harus menangis saja. Nanti akan aku buat peraturan bahwa air mata adalah alat tukar yang paling berharga. Semakin banyak air mata yang dikumpulkan, maka akan semakin ringan langkah kaki.

Jika memang kita harus menangis selama tiga hari tiga malam untuk meringankan langkah kaki selama sehari, aku mau menangis bersamamu sepanjang tahun untuk meringankan kakimu selama empat bulan. Kalau aku bisa memberikan keringanan langkahku untukmu saja, akan kuberikan. Biarlah aku menangis sepanjang tahun, menggantikan dukamu, agar langkah kakimu terasa ringan lebih lama.

Tak perlu kau risaukan aku. Hatiku akan ringan jika melihat langkah kakimu ringan. Kalau kau bersikeras tak mau menerima upah air mataku, tak apa. Aku pakai sendiri. Tapi izinkan aku menemanimu menangis selama yang kau ingin. Meski duka tak bisa dibagi dua, aku mau ikut merasakan dukamu yang memberatkan itu.

Maka, mari kita pergi saja ke tempat itu. Mari kita menangis saja. Mari kita rasai duka berdua. Mari kita kumpulkan liter-liter air mata.