Aku suka dengan segala hal yang membingkai matanya. Pelipisnya yang menonjol membuat rongga matanya sedikit cekung. Barangkali alisnya tidak simetris, tapi presisi. Bentuk matanya mirip kacang almond dengan sudut kemiringan lima derajad ke atas, sedikit sipit, dan memiliki bulu mata yang lebat. Bulu mata inilah yang membuat yang membuat matanya tampak memiliki bingkai khusus. Bola matanya berwarna cokelat. Jika kesemua hal yang membingkai matanya itu disatukan, akan menciptakan mata yang teduh dan dalam. Meski terkadang bisa menjadi tajam ketika sedang mengintai objek yang akan dibidiknya. Apalagi ia sering menanggalkan kacamatanya ketika sedang bersamaku. Itulah mengapa aku dapat menjelajahi dan menganalisa bentuk mata yang dimilikinya.
Hal lain yang aku suka dari bagian wajahnya adalah giginya. Menurut teman-temanku, hal ini aneh. Tapi menurutku tidak. Kalau ketidaksempurnaan atau kecacatan seperti lesung pipit dan gigi gingsul dapat menjadi nilai tambah seseorang untuk dikagumi, lantas mengapa aku dianggap aneh karena mengagumi gigi taringnya yang timpang? Gigi taringnya timpang. Yang sebelah kanan patah, yang sebelah kiri terlalu runcing. Aku tak hanya mengagumi gigi taringnya yang timpang. Bahkan jatuh cinta! Rasanya, ingin mencoba menggigitnya dengan gemas.
Setelah berbicara tentang gigi, mari berbicara tentang bibirnya. Singkat saja: tipis. Tapi ini tak membuatnya suka banyak bicara. Hal yang paling menyebalkan tentang bibirnya adalah senyumnya yang selalu singkat dan kadang suka mengejekku. Itulah mengapa agaknya sampai di sini saja bahasan tentang bibir.
Turun dari bibir, ada dagunya yang runcing dan rahangnya yang kokoh. Sampai di sini, kurasa bagian dagu dan rahang adalah hal yang aku suka setelah mata dan giginya. Dagunya sedikit ditumbuhi rambut, dan jenggotnya juga tidak ditumbuhi jenggot. Inilah alasan mengapa dagu dan rahangnya menjadi bagian yang aku kagumi. Aku bisa melihat tulang rahang bawahnya nampak telanjang karena hanya diselimuti kulit tanpa ditumbuhi rambut yang berlebih.
Oh, aku belum membahas hidungnya! Sebelum membahas hidung, izinkan aku bercerita tentang kumisnya. Ia memiliki kumis tipis yang tumbuh agak lama dan jarang dicukur. Kumisnya nampak serasi dengan bibirnya. Sama-sama tipis. Keduanya juga bisa menjadi hal yang berseberangan. Kalau aku mulai tak suka dengan bibirnya, aku akan mulai mengamati kumisnya yang menggemaskan itu.
Hidungnya panjang. Sudah, itu saja. Aku sering mengejeknya Pinokio karena ia sering ingkar janji. Kalau hidung Pinokio memanjang ke depan lantaran sering berbohong, barangkali hidungnya akan memanjang ke bawah karena sering ingkar janji.
Telinganya juga lebar. Jika telinga, hidung, dan matanya disatukan dalam narasi yang singkat, akan menjadi : matanya sipit, hidungnya panjang, telinganya lebar! Haha, seperti apa? Gajah! Tapi tubuhnya tak seperti gajah. Tubuhnya kurus dan tinggi seperti tiang. Kapan-kapan aku akan bercerita tentang bagian tubuh yang lain.
Hm, apa lagi yang belum aku sebutkan ya? Pipi dan jidat? Oh, pipinya tirus, nyaris cekung. Jidatnya tidak lebar, dan selalu tertutupi oleh rambutnya yang berpotongan shaggy dan berantakan. Ah, aku selalu suka rambut dan seleranya dalam menata rambut ―meski rambutnya hanya akan dicukur ketika ada acara-acara penting yang harus ia datangi. Rambutnya lurus, hitam, lebat, dan agak sedikit kaku. Kalau sudah mulai panjang dan enggan dipotong, ia tak pernah menggunakan bandana atau karet rambut untuk meringkasnya tetapi pakai udeng atau ikat kepala.
Itu baru bagian wajahnya. Belum bagian tubuh lainnya seperti jemarinya yang panjang, punggungnya yang bidang, bahunya yang rata, atau kebiasaan-kebiasaan yang suka ia lakukan secara tak sadar.
*
No comments:
Post a Comment