Sunday, April 23, 2017

Perjalanan/Pulang


+
Aku ingin pergi jauh dari kotaku. Barangkali akan jarang pulang.
-
Katamu, Surabaya kota kenangan.
+
Tidak bagiku. Apa yang harus dikenang? Kenangan tentangmu saja tak ada di dalamnya.
-
Aku tak ingin melukai kotamu.
+
Bagaimana jika, aku menemui kepulanganku tiap kali bertolak dari Surabaya? Lalu semua kenangan tentangmu ada di semua kota selain Surabaya. Kau telah melukai semua kota
-
Surabaya tidak.
+
Tapi aku tak suka kota ini. Surabaya bukanlah kepulanganku.
-
Pulang tak selalu ke rumah.
+
Aku tak sedang bicarakan tentang pulang. Kau tak mahir tentang itu.
-
Tapi kalau rumah makan...
+
Mas!
-
Kita. Kita tak mahir tentang hal yang berkaitan dengan pulang. Kau tak pernah merantau.
+
Enam tahun merantau, kau tak pernah rindu rumah.
-
Sudah kau dengarkan lagu-lagu Silampukau?
+
Sudah. Mengapa?
-
Barangkali jika kau merantau, lalu bertemu lagu mereka di telingamu, tiba-tiba kau rindu Surabaya.
+
Kupikir mereka tak cukup kuat untuk membuat aku menjadi manusia yang ingin pulang.
-
Ingatkah, kau pernah merengek sejadi-jadinya untuk memaksaku pulang ke tanah kelahiranku?
+
Tiap malam, tiap percakapan.
-
Masing-masing kita sering membuat perintah secara tak langsung untuk pulang. Pulang ke rumah, ke tanah kelahiran.
+
Bukankah kita sepakat kalau pulang tak selalu ke rumah?
-
Nah! Aku menemui kepulanganku pada perjalanan-perjalanan.
+
Aku menemui kepulanganku ketika bertolak dari Surabaya.
-
Tak bisakah kita pulang berdua?
+
Menemui kepulangan pada perjalanan?
-
Iya.
+
Tapi itu mustahil.
-
Aku tahu.


+, rahamnita

No comments:

Post a Comment