Friday, December 17, 2021

Mencuri Dengar

Seorang penjual cilor berkata kepada salah satu pembelinya sambil mengecek bara api dan membereskan dapur kecilnya, "Lek sepi tergantung ambe dodolane. Lek dodolane dewe yo sante ae. Nek melu wong liyo sing rodok medeni. Soale, lek gak laris iso diganti."

Diam sejenak.

Ia kembali bertanya, "Pedes, Mbak?" Si pembeli mengiyakan.

Sambil menunggu gorengannya matang, sambil mengelap tangannya ke serbet, si penjual melanjutkan kalimatnya, "Nek ndodoli dagangane wong liyo trus gak payu, bose nyoba ganti karyawane. Wah arek iki gak ngerejekeni. Pas diganti, eh lha kok rame. Wah arek iki ngerejekeni. Nek dodolan dodolane dewe kan sepi rame..."

Seorang pedagang lain datang memanggil ke arah gerobak cilor, "Mbak Tako, onok sing tuku."

Pembeli menoleh.

Pedagang cilor berkata kepada pembelinya tadi, "Didoli sek, engko tak terno."

Pembeli tadi meninggalkan gerobak pedagang cilor, menyeberang, dan menghampiri gerobak takoyakinya.

*

Bagiku, mencuri dengar percakapan orang asing tentang hidup mereka sangatlah menyenangkan. Aku bisa mendengar suara yang jujur. Aku bisa mencoba sepatu mereka. Aku selalu merasa kaya. Bukan karena materi, melainkan karena aku telah mendapatkan pengalaman hidup dari orang asing hanya dengan mencuri dengar tanpa membuat orang asing tersebut kehilangan.

Sebelum pandemi, aku sering melakukan ini. Aku yakin, makan adalah salah satu cara terbaik untuk menyelesaikan masalah hidup. Maka itu, aku sering menyasar tempat-tempat makan atau penjual jajan yang memiliki antrian yang panjang. Aku sering makan sendirian di warung penyetan agar bisa fokus mendengarkan orang-orang di sekitarku membicarakan hidupnya. Aku sering tiba-tiba belok beli jajan pinggir jalan untuk menangkap peristiwa-peristiwa kecil yang berharga.

Aku juga sering nonton wayang kulit, wayang orang, ketoprak, ludruk, dan kesenian tradisional lainnya. Memakai baju gelap dan celana belel. Aku juga pernah sekali dua kali ke pasar malam. Namun bagiku, pasar malam terlalu terang untukku bisa bersembunyi. Aku tak suka jika keberadaanku diketahui. 

Aku ingin lebih banyak memotret dan mencuri dengar suara-suara penting.

Namun ketika pandemi berlangsung, aku seperti kehilangan kemampuan ini. Aku seperti kehilangan kemampuan bersosialku. Aku seperti kehilangan kemampuanku untuk bertemu dengan manusia secara langsung. Padahal aku rindu menjadi pencuri dengar. Padahal suara-suara itu penting bagiku.

Dalam angan-anganku, aku bisa lebih berani ke tempat-tempat yang berisi suara-suara itu. Tentu saja untuk mengubah magak-karyaku menjadi mahakarya. Untuk menulis, aku tak hanya butuh membaca. Aku juga butuh mendengar.

No comments:

Post a Comment