Friday, August 7, 2020

Dikoyak-Koyak Struktur

Writing is a lonely job. Having someone who believes in you makes a lot if difference. They don't have to makes speeches. Just believing is usually enough.
 Stephen King
Beberapa hari yang lalu membaca quote ini di Twitter. Sedih rasanya ketika diri ini menyetujui kalimat pertamanya: Writing is a lonely job. Ketika menyelami dunia di dalam kepalaku, aku seperti berjuang seorang diri. Tak ada siapa-siapa di sana. Teman-teman nyataku jarang aku ajak ikut serta karena kupikir mereka tidak paham dengan imajinasi dan jalan pikirku. Aku harus menyusun satu demi satu teka-teki di kepala untuk disajikan kepada teman-teman nyataku. Sendirian. 

Namun, ketika aku keluar dari dunia di dalam kepala, aku seringkali didera kesepian. Aku tak mendapati siapa-siapa yang bisa aku ajak bicara tentang hal-hal remeh dunia nyata. Aku seperti kehilangan kemampuan berkomunikasi dengan manusia nyata. Maka dari itu kalimat kedua menjadi penolong: Having someone who believes in you makes a lot if difference. Sayangnya, aku hanya tahu kalau seseorang yang percaya itu adalah teman imajinasiku sendiri.

Aku sering mengutuk diri sendiri untuk berhenti menulis lantaran aku tak kuat dengan perbedaan dunia di dalam kepalaku dan dunia nyata. Aku lelah dengan tantrum-tantrum yang sering terjadi karena aku berkonflik dengan dunia di dalam kepalaku. Lebih sialnya lagi, aku sering takut menceritakannya ke teman nyataku karena aku yakin mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan. 

Aku juga sering tidak percaya diri. Merasa tidak layak untuk menulis dan menerbitkan cerita. Merasa semua cerita yang ada di dalam kepalaku adalah picisan, omong kosong, dan tak layak dinikmati oleh orang lain. Tak kurang sekaliasekali mempertanyakan kemampuan menulisku. Apakah aku yakin dengan keinginan itu?

Sampai di titik ini, aku sadar kalau suatu hari nanti aku butuh pergi ke psikolog.

*

Beberapa hari yang lalu, aku menyelesaikan buku Save The Cat karya Blake Snyder. Aku sikat dengan lekas sebab akan dibahas dan didiskusikan bersama Mbak Nabila dan Mama Na yang baru saja mendapat 'ilmu' dari bahasan buku Save The Cat untuk novel. 

Ternyata, struktur cerita adalah teori yang mudah namun susah dilakukan.

Mampus kau dikoyak-koyak struktur!

Setelah membaca buku itu, aku sadar sendiri kalau aku tidak berhenti untuk menuju apa yang aku impikan selama ini. Aku juga tiba-tiba sadar tentang jalan lengang dan pintu yang terbuka lebar untukku selama dua tahun belakangan. Tersebutlah Kelas Menulis Skenario Ernest Prakasa, SCARA 2019, Gramedia Short Film Festival, dan Klub Literasi Anak. 

I'm not quitting.

Meski harus terjerembab dan terseok-seok sendirian.

Setelah berdiskusi membahas isi buku dan struktur cerita, kepala terasa gaduh kembali. Metode-metode baru tercetuskan. Ide cerita yang berdiam selama enam tahun menemukan jalan akhirnya. Selama tiga hari, aku menyusuri kota sendirian tanpa tujuan untuk menelusuri jalan cerita. Malamnya, aku mengurung diri di kamar memetakan isi kepala.

Tadi, pukul 8 malam aku ketiduran. Aku didatangi mimpi yang terasa begitu dekat dan nyata: aku menjadi penulis. Ketika terbangun, tak ada hasrat lain selain ingin mewujudkannya. Baru saja selesai mengerjakan sinopsis, keputusan ending yang aku gunakan, tabel kondisi awal dan akhir tokoh, dan index card tiap adegan. Masih banyak yang harus dikerjakan, masih banyak cerita yang masih kusut. 

Bikin stres dan pusing tapi seneng. Maka, jadilah kata Stephen King pada kalimat ketiga dan keempat: They don't have to makes speeches. Just believing is usually enough.

*baru sadar udah subuh.


Image
Sajen perut dan minum adalah wajib

xx, rahamnita




No comments:

Post a Comment