Salah satu orang yang sering melogika hal-hal mengenai perasaan adalah saya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, pola-pola bagaimana seseorang bisa tertarik dengan seseorang yang lainnya, bahkan mencari cara agar tremor pada tangan dapat terkesan normal saat bertemu gebetan. Nah, kali ini saya akan menjelaskan bagaimana caranya agar hatimu tak dipatahkan. Caranya mudah: patahkan sendiri hatimu. Lantas hadapi sakitnya.
Jadi, ketika ia datang hendak mematahkan hatimu, hatimu sudah terlanjur patah. Kamu bisa mencemooh dan menanyakan, “Mau apa kau? Mematahkan hatiku? Sudah patah.” Lalu ia pergi, kecewa karena tak bisa mematahkan hatimu.
Atau kamu sendiri yang menawarkan diri untuk mematahkan hatimu? “Mau apa kau? Mematahkan hatiku? Tak perlu repot-repot. Biar aku saja. Bisa dipatahkan sesuai permintaan. Mau patah jadi berapa? Dua? Tiga? Sepuluh? Atau menjadi bubuk halus? Bisa. Aku saja yang patahkan dan hancurkan. Kau tak perlu repot-repot. Memangnya kau tahu dimana sensor sakit milikku karena patah hati? Tidak, kan? Aku tahu. Maka, kau duduk saja sambil minum kopi atau teh, sembari melihat aku kesakitan karena patah hati. Gratis! Tidak dipungut biaya!”
Mudah, bukan?
Pokoknya, jangan sampai ia mematahkan hatimu. Jika hatimu dipatahkan olehnya, lalu ada beberapa puing-puing hati yang mencuat dan hilang, kamu tak tahu bagaimana cara menemukan dan mengembalikannya kembali seperti semula. Jika kau mematahkannya sendiri, kamu akan tahu kemana arah puing-puing hatimu lari dan kamu dapat memulihkan kembali hatimu.
Jangan sampai terlalu lama patah hati. Sebab, patah hati adalah hal yang paling tak penting di dunia. Menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran dengan sia-sia. Iya, kan?
Apakah saya pernah mematahkan hati saya sendiri? Menggerusnya pun pernah, tanpa ada yang meminta. Jika ada yang meminta mematahkan hati saya jadi dua, saya akan tertawai. Itu mudah sekali. Seperti melipat kertas menjadi dua.
No comments:
Post a Comment