Konon, di dalam masing-masing kita ada dua ceruk yang harus terisi penuh. Ceruk pertama adalah ceruk yang diisi oleh diri sendiri, sedangkan ceruk kedua adalah ceruk yang diisi oleh orang lain. Masing-masing ceruk memiliki ukuran dan porsi yang sama. Jika ceruk diri sendiri sudah penuh, kelebihannya tak bisa mengisi ceruk lainnya. Jika keduanya terisi seimbang, nantinya akan diolah sebagai bahan bakar untuk hidup.
Sampai pada usia tertentu, porsi ceruk yang diisi orang lain mudah penuh. Hanya diisi oleh keluarga saja sudah cukup. Atau diisi oleh teman saja sudah cukup. Lalu tibalah nanti ceruk tersebut semakin besar. Sebanyak apapun teman atau keluarga mengisi, ceruk tersebut tidak bisa penuh. Harus ada orang lain untuk mengisinya. Entah orang baru atau lama.
Kedua ceruk milikku dulu pernah terisi penuh. Ruang kosong yang seharusnya diisi oleh seseorang aku sumbat dengan batu dendam dan remukan hati.
Suatu ketika ruangan itu rompal. Aku kewalahan menanganinya. Lalu ketika ruang itu tiba-tiba kosong, tentu saja aku langsung mencari pertolongan. Kata kawanku aku harus menunggu. Omong kosong setan alas soal menunggu! Kalau mereka bisa sebutkan tenggat waktu sampai kapan aku harus menunggu, aku akan lakukan hal itu. Tai kucing!
Kali ini aku memutuskan untuk kembali menyumbat ruang kosong tersebut daripada harus bersedih menangani kekosongan. Tahunan aku baik-baik saja dengan sumbatan batu dendam dan remukan hati. Kali ini akan lebih banyak. Akan ada kebencian, amarah, dan hal lain yang belum kutemukan formulanya.
No comments:
Post a Comment